Gambar: Ilustrasi Kemajuan Teknologi |
Oleh: Nur Tanfidiyah
Bukan barang baru lagi, mengenai kecanggihan teknologi yang mendunia
saat ini. Dimana motor penggerak adanya teknologi adalah ekonomi, politik, ilmu
pengetahuan dan sebagainya. Teknologi tersebut sudah masuk kedalam jantung
dunia khususnya pendidikan dengan membuat peradaban-peradaban baru didalamnya
yang sulit dihindari. Teknologi tersebut seolah sudah melekat kuat dan menjadi
kebutuhan pokok.
Memang tidak bisa dipungkiri dengan menggludaknya teknologi,
informasi dapat diakses dengan cepat dimana pun dan kapan pun, mempermudah
aktifitas serta dengan teknologi yang canggih masyarakat dapat mengekspresikan
dirinya melalui gagasan dan idenya dengan sekejap dapat tersebar keseluruh
dunia. Itu semua memberi gambaran teknologi ibarat nasi yang menjadi makanan
pokok masyarakat Indonesia yang disajikan dengan bentuk instan, khususnya
masyarakat kota.
Jika kita melihat dari sudut pandang yang lain, menggugahnya
teknologi seperti sekarang ini, secara tidak langsung dapat memberikan banyak
pengaruh negatif dalam diri kita, mencoba mengarahkan untuk bertingkah dan
berfikir layaknya orang-orang barat. Tanpa kita sadari bangsa barat tersebut
mensugesti kita melalui inovasi-inovasi yang setiap harinya muncul dengan
hal-hal yang unik untuk mengakui kehebatan mereka, dengan bertujuan membuka
celah agar kita mengagungkankannya layaknya sang Kuasa, menghipnotis kita untuk
menjadi buntut teknologinya.
Dampak buruk itu, banyak terlihat di lingkungan sekitar kita
sebagai mahasiswa. Dapat terlihat ketika proses belajar mengajar sedang
berlangsung beberapa mahasiswa menggunakan teknologi sebagai bahan penunjang
proses belajar tersebut. Namun ketika diperhatikan, tujuan tersebut melenceng.
Beberapa mahasiswa tengah asik bermain dengan jejaring sosialnya facebook, twitter
dll. Mereka seperti menganggap remeh materi yang sedang dibicarakan oleh dosen.
Dengan alasan materi tersebut dapat diakses secara cepat melalui teknologi yang
canggih. Kejadian ini sangat ironis, karena dapat mematahkan integritas seorang
mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. Apa jadinya jika hal serupa menjadi
budaya yang berefek pada generasi selanjutnya. Selain menghilangkan integritas
juga menghilangkan nilai-nilai religius akan pentingnya menghormati dan
memperhatikan seorang pendidik (guru).
Fenomena semacam ini, patut dijadikan sebagai gambaran akan sisi
buruk dari teknologi. Sehingga menjadi pedoman untuk bisa menggunakan teknologi
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan. Mahasiswa yang seyogyanya berpengetahuan
luas, pastilah dapat menempatkan sesuatu dengan baik dan dapat membedakan mana
yang akan membawa pada arah negatif dan positif. Butuh peranan nilai-nilai
agama yang mampu menggerakan sesuatu secara seimbang sehingga pengaruh buruk pun
akan terbendung dengan prinsip-prinsip yang sudah tertata rapi dalam diri kita.
Kita tidak akan pernah bisa tanpa
mencobanya. :)
(y)
ReplyDeleteTapi mungkin lebih tepatnya media sosial ya. Teknologi cakupannya terlalu luas.