Secara historis, pondok
pesantren merupakan lembaga Islam yang dikembangkan secara Indigenous. Ada lima elemen pondok sebagai Pendidikan Tradisional
di Indonesia. Kelima elemen tersebut pasti ada dalam setiap pondok pesantren
yaitu Kiyahi, Santri, Masjid, Ngaji dan kitab kuning. Adapun kitab kuning
tersebut wajib diterapkan di pondok salafiyyah, namun berbeda dengan pondok
pesantren modern yang pada umumnya tidak hanya kitab kuning, tetapi juga
kitab-kitab lainnya. Perlu digaris bawahi, pondok pesantren merupakan lembaga
pendidikan Islam yang masih konsisten dengan nilai-nilai , budaya, serta keyakinan agama yang kuat.
Sekilas membicarakan tentang
pondok pesantren hal yang ada dibenak kita adalah ngaji dan rasa takdim kepada Kiyai, sosok yang dipercaya sebagai
orang yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang agama. Padahal di luar tersebut
masih ada kegiatan lain. Pondok salaffiyah contohnya, dalam hal ini yang paling
menonjol hanya kegiatan Hataman dan Haul besar. Namun, berbeda dengan pondok
pesantren modern yang disispi dengan kegiatan lain yang menunjang pengetahuan,
bakat dan keterampilan santrinya. Salah satu pondok modern yang menerapkan
kegiatan penunjang tersebut adalah Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim.
Pondok pesantren ini mempunyai beberapa lembaga yang menunjang dan
mengembangkan keterampilan serta bakat santri-santrinya dengan harapan
menciptakan generasi santri yang unggul. Beberapa lembaga tersebut adalah LSP (Lembaga Sarana Prasana), el-Sip (Wasilatus Saadah) lembaga ini
berkaitan dengan rebana, sastra, kaligrafi dan tilawah, Lembaga wakaf, LP2K, PSPB (Pengembangan bahasa terkhusus
bahasa Arab dan Inggris) dan membuat kegiatan belajar bahasa yang dibuka untuk
umum setiap hari jumat dan sabtu pagi tepat selesai mengaji, biasa disebut WHELCLUB, LBWH
(Lembaga yang menangani beasiswa untuk anak yang berprestasi dan kurang mampu
dalam segi ekonomi), LPM (Lembaga
Pengabdian masyarakat) bidang ini yang menyalurkan setiap santri agar terjun
langsung di masyarakat dengan mengajar TPA dan Bahjatul Ummahat atau pengajian
ibu-ibu, UKSH (Unit Kesehatan Santri
Wahid Hasyim), dan masih banyak lainnya yang tidak dapat disebut satu-persatu. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan di hari
yang berbeda dan terjadwal dengan baik. Perlu diketahui bahwa beberapa anggota
dari lembaga tersebut mengikuti berbagai perlombaan dan banyak diantaranya yang
mendapat juara.
Berkaitan dengan hal
tersebut menunjukkan, bahwa padatnya aktivitas mengaji di Wahid Hasyim tidak
menghalangi kegiatan santrinya untuk terus mengembangkan bakat-bakat yang ada
dan mencba menggali bakat terpendam santrinya demi menciptakan generasi unggul
yang berguna untuk masa depan, dan turut serta meningkatkan kualitas pondok
pesantren wahid hasyim di mata masyarakat luas. (Nur Tanfidiyah)
0 komentar:
Post a Comment