Foto: Nur Tanfidiyah
Secara historis, pondok pesantren merupakan lembaga Islam yang dikembangkan secara Indigenous. Ada lima elemen pondok sebagai Pendidikan Tradisional di Indonesia. Kelima elemen tersebut pasti ada dalam setiap pondok pesantren yaitu Kiyahi, Santri, Masjid, Ngaji dan kitab kuning. Adapun kitab kuning tersebut wajib diterapkan di pondok salafiyyah, namun berbeda dengan pondok pesantren modern yang pada umumnya tidak hanya kitab kuning, tetapi juga kitab-kitab lainnya. Perlu digaris bawahi, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang masih konsisten dengan nilai-nilai , budaya,  serta keyakinan agama yang kuat. 
Sekilas membicarakan tentang pondok pesantren hal yang ada dibenak kita adalah ngaji dan rasa takdim kepada Kiyai, sosok yang dipercaya sebagai orang yang mempunyai pengetahuan tinggi tentang agama. Padahal di luar tersebut masih ada kegiatan lain. Pondok salaffiyah contohnya, dalam hal ini yang paling menonjol hanya kegiatan Hataman dan Haul besar. Namun, berbeda dengan pondok pesantren modern yang disispi dengan kegiatan lain yang menunjang pengetahuan, bakat dan keterampilan santrinya. Salah satu pondok modern yang menerapkan kegiatan penunjang tersebut adalah Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim. Pondok pesantren ini mempunyai beberapa lembaga yang menunjang dan mengembangkan keterampilan serta bakat santri-santrinya dengan harapan menciptakan generasi santri yang unggul. Beberapa lembaga tersebut adalah LSP (Lembaga Sarana Prasana), el-Sip (Wasilatus Saadah) lembaga ini berkaitan dengan rebana, sastra, kaligrafi dan tilawah, Lembaga wakaf, LP2K, PSPB (Pengembangan bahasa terkhusus bahasa Arab dan Inggris) dan membuat kegiatan belajar bahasa yang dibuka untuk umum setiap hari jumat dan sabtu pagi tepat selesai mengaji, biasa disebut WHELCLUB,  LBWH (Lembaga yang menangani beasiswa untuk anak yang berprestasi dan kurang mampu dalam segi ekonomi), LPM (Lembaga Pengabdian masyarakat) bidang ini yang menyalurkan setiap santri agar terjun langsung di masyarakat dengan mengajar TPA dan Bahjatul Ummahat atau pengajian ibu-ibu, UKSH (Unit Kesehatan Santri Wahid Hasyim), dan masih banyak lainnya yang tidak dapat disebut satu-persatu.  Semua kegiatan tersebut dilaksanakan di hari yang berbeda dan terjadwal dengan baik. Perlu diketahui bahwa beberapa anggota dari lembaga tersebut mengikuti berbagai perlombaan dan banyak diantaranya yang mendapat juara.
Berkaitan dengan hal tersebut menunjukkan, bahwa padatnya aktivitas mengaji di Wahid Hasyim tidak menghalangi kegiatan santrinya untuk terus mengembangkan bakat-bakat yang ada dan mencba menggali bakat terpendam santrinya demi menciptakan generasi unggul yang berguna untuk masa depan, dan turut serta meningkatkan kualitas pondok pesantren wahid hasyim di mata masyarakat luas. (Nur Tanfidiyah)

0 komentar:

Post a Comment

 
Top